Never Give up!! Hurry up, Quickly!!

QUIT IS MY LIFE



Benar-benar sekarang kondisinya semarak. Dimana-mana nyaris semua orang beranggapan sama: suaranya adalah harga yang tak ternilai, karena itu sangat pantas untuk diperhatikan, dipedulikan, dan jangan sekali-kali disepelekan. Dus, mau tak mau ada banyak pula orang berebut perhatian, berkompetisi dan bersuara selantang-lantangnya agar unggul dan menjadi panutan luas.

Tapi aku tidak. Aku tidak pernah –dan tidak akan—menganggap suaraku adalah “suara emas”. Suara yang bernilai tinggi, suara yang wajib didengarkan. Tidak. Itu karena aku tidak lagi bersemangat untuk bersuara. Mungkin aku terlalu khawatir akan terlalu banyak khilaf ketimbang lurus jika nantinya aku dipaksa untuk mengeluarkan isi mulut dan hatiku.

Amat mengerikan jika harus membayangkan dampak dari salah ucap. Tidur tak lagi nyenyak, makan tak lagi kenyang, nafas kian sesak, langkah kian berat, pandangan kian kabur, gerak hidup kian sempit. Tak ada lagi senyuman, semua berganti dengan kerutan muram. Uhh, berat!

Lebih baik diam, atau bicara seperlunya saja. Aku ikhlas jika suaraku tidak lagi menjadi bagian sejarah, lenyap ditelan hiruk pikuk bumi.

0 Response to “QUIT IS MY LIFE”