Never Give up!! Hurry up, Quickly!!

INGIN KUSEWA BOURAQ UNTUK KEDUA ORANG TUAKU



Rasulullah dulu "tersenyum", kala dijemput Sang Jibril. Walau hatinya gundah karena baru pertama kalinya mengalami hal spektakuler ini, senyumnya tetap bersimpul, karena ia akan bertemu Tuhan Sang Adi Jagad. Rasulullah kemudian menaiki bouraq, makhluk ajaib ciptaan Allah, bersama Jibril berangkat menuju panggilan Tuhan. Terbang mengangkasa ke atas langit lapis tujuh dengan kekagetan yang luar biasa.

Aku ingin 'keajaiban' itu ada di tanganku juga. Tapi bukan aku yang akan menikmatinya, tetapi justru sebagai hadiah terbesarku kepada orang tuaku. Aku sering menangisi diriku sendiri. Menangisi keteledoranku sebagai anak yang terlalu sering menyusahkan orang tua. Aku merasa akulah anak yang paling sulit diatur, sulit diarahkan, dan sulit menerima sesuatu dengan lapang dada. Daya inilah yang sering menjadi potensi untuk makin merunyamkan kewajibanku terhadap orang tua. Dus, orang tuaku sering susah dan tak habis pikir menghadapi kelakuanku ini. Anak mbeling, susah diatur, teledor, dan sebagainya.
»»  Selengkapnya ...

AKU INGIN MATI BERFILOSOFI



Mati memang misterius. Ia tidak pernah menyatakan terang-terangan kapan kedatangannya. Tapi semua makhluk wajib menyambutnya bila sesaatpun ia datang mendadak. Tak peduli dengan apapun alasan yang ia pakai.

Aku pernah memikirkan bahwa kematian itu sebenarnya sangat indah. Bukan seperti sedikit orang yang mengagungkan hidup, dunia, karir, dan derajat. Aku pernah ingin mati, tapi bukan mati yang dipaksakan, bukan pula mati yang meregang tanpa proses prasangka buruk kepada Tuhan. Tetapi mati yang berfilosofi. Aku ingin mati karena merasa kehidupanku selama ini terlalu banyak dosa, bahkan terkesan kurang produktif melahirkan sesuatu yang bermakna. Lantas untuk apa semua itu dipertahankan dengan memaksa untuk tetap terus hidup? Untuk apa berlama-lama di dunia sementara tak ada satupun yang membuat kita bersaksi senyum di hadapan Tuhan? Aku ingin cepat-cepat bertemu Ia di sana. Akan kuserahkan semua laporan pertanggungjawaban kehidupan, dan segera menerima segala konsesi hukuman, lalu kemudian tenang setelah semuanya selesai. Tapi, kematian itu belum juga datang.
»»  Selengkapnya ...

AKU BERNYANYI DENGAN KETIDAKMAPANAN



Aku pernah berpikir, kenapa orang begitu senang dengan apa yang sudah diraihnya, dan tidak pernah berpikir bahwa mengapa orang lain pun tidak mampu meraihnya? Apa karena orang lain lebih malas?? Orang lain tidak lebih beruntung? Atau orang lain tidak lebih cerdas dari dirinya??

Aku cuma ingin semua tahu bahwa aku sesungguhnya ingin hidup tanpa kemapanan statis. Aku paling tidak suka hidup dengan cara yang itu-itu saja. Monoton, apalagi diwarnai dengan skeptisme. Lebih-lebih lagi jika hidup dengan kemapanan tetapi sementara di sekitarku ternyata tampak bagaikan jurang menganga.

Karena itu aku lalu bersaudara dengan seutas keyakinan: "adakah masa depanku tanpa kebahagiaan yang lahir dari kemapanan?" Punya gaji tetap dari posisi basah sebagai pejabat berkelas tinggi, rumah besar bak istana, mobil mewah. Mungkin, angan-angan ini agak sedikit tidak wajar, lagian siapa sih orang yang tidak mau hidupnya mapan, sejahtera, harmonis, dan semuanya serba terjamin hingga tujuh turunan?

Tapi, aku pernah berpikir.... "Ah, lebih baik dekat dengan rakyat jelata, meski tak harus hidup dengan ngos-ngosan " Dus, pernah aku berpikir tak tertarik sama sekali menjalani hidup ini dengan karir pegawai negeri. "Apa yang didapat? Gaji? Ah, rejeki masih banyak di tempat lain, ketimbang aku harus mengorbankan dinamika." Yang penting jumawa saja.
»»  Selengkapnya ...